Panduan Pembelajaran Kokurikuler 2025
Panduan Pembelajaran Kokurikuler 2025
Pelaksanaan kokurikuler dilakukan secara fleksibel, dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaannya. Satuan pendidikan dapat melibatkan orang tua, masyarakat dan/ atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan kokurikuler. Kami berharap implementasi kokulikuler oleh satuan pendidikan akan lebih efektif, sederhana, dan relevan. Oleh karena itu, panduan ini hadir untuk menjadi inspirasi pelaksanaan kokurikuler bagi satuan pendidikan dengan ragam tingkat perkembangan dan ketersediaan sumber daya.
Panduan Pembelajaran Kokurikuler 2025
Kokurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler dalam rangka pengembangan kompetensi, terutama penguatan karakter.
Pengertian Kokurikuler
Satuan pendidikan perlu menghadirkan beragam pengalaman belajar yang bermakna sebagai upaya membentuk kompetensi murid secara utuh. Pengalaman belajar yang beragam ini diperoleh melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Dengan demikian, kegiatan kokurikuler menjadi bagian integral dan berperan strategis untuk mengembangkan kompetensi murid, terutama karakter.
Kompetensi yang dimaksud adalah delapan dimensi profil lulusan, yaitu:
1) keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2) kewargaan;
3) penalaran kritis;
4) kreativitas;
5) kolaborasi;
6) kemandirian;
7) kesehatan; dan
8) komunikasi.
Delapan dimensi profil lulusan merupakan hasil dari capaian pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Disamping itu, delapan dimensi profil lulusan menumbuhkembangkan lulusan yang memiliki kepemimpinan efektif yang berintegritas, profesional, dan transformatif.
Rancangan kegiatan kokurikuler sebaiknya mendorong murid bebas bereksplorasi melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan dan bermakna. Kokurikuler berisi kegiatan eksperiensial, langsung, berorientasi pada tindakan dan berdasarkan keterampilan. Dari landasan tersebut, kegiatan kokurikuler dalam panduan ini disajikan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat, dan/atau cara lainnya untuk memahami, mengaplikasi, dan merefleksi materi terhadap isu atau permasalahan nyata yang relevan bagi murid.
Tema dalam pelaksanaan kegiatan kokurikuler berfungsi menyatukan berbagai gagasan yang mengaitkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Satuan pendidikan berperan penting dalam merancang muatan kokurikuler yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan kurikulum, tetapi juga berlandaskan pada potensi dan kekuatan murid serta lingkungannya sebagai titik tolak pengembangan kegiatan. Dengan demikian, kegiatan kokurikuler menjadi ruang tumbuh yang otentik bagi murid untuk belajar dengan cara yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Pentingnya Kokurikuler
Dalam upaya mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju, pendidikan bermutu untuk semua adalah komitmen yang harus selalu dipegang teguh. Komitmen ini tidak cukup diwujudkan hanya melalui pengalaman belajar intrakurikuler dan ekstrakurikuler saja, tetapi juga perlu diperkuat melalui kegiatan kokurikuler yang dirancang secara sistematis, bermakna, dan kontekstual. Kokurikuler memiliki peran strategis untuk menjembatani antara pembelajaran konseptual di kelas dan penerapannya dalam kehidupan nyata, sehingga murid dapat mengembangkan kompetensi secara lebih utuh dan kontekstual. Kompetensi dalam hal ini adalah delapan dimensi profil lulusan.
Dalam praktik kokurikuler, murid tidak hanya diajak memahami konsep, tetapi juga dilibatkan secara emosional dan sosial. Mereka diajak memahami, mengaplikasi, merefleksikan, dan bertindak. Saat murid bekerja sama dalam proyek tematik, menyelesaikan tantangan berbasis konteks nyata, atau berkontribusi dalam kegiatan sosial, mereka sedang menjalani pembelajaran yang menyentuh dimensi intelektual, etika, estetika, dan kinestetik sekaligus.
Tujuan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler bertujuan mendukung tercapainya delapan dimensi profil lulusan secara nyata dan kontekstual melalui pengalaman belajar yang bermakna. Delapan dimensi profil lulusan merupakan hasil dari capaian pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Disamping itu, delapan dimensi profil lulusan menumbuhkembangkan lulusan yang memiliki kepemimpinan efektif yang berintegritas, profesional, dan transformatif.
Penjelasan singkat 8 dimensi profil lulusan
Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME: Dimensi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengacu pada individu yang memiliki keyakinan dan mengamalkan ajaran agama/kepercayaannya, berakhlak mulia, serta menjaga hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan lingkungan.
Kewargaan: Dimensi kewargaan mengacu pada individu yang bangga akan identitas dan budayanya, menghargai keberagaman, menjaga persatuan bangsa, menaati aturan bernegara dan bermasyarakat, serta menjaga keberlanjutan kehidupan, lingkungan, dan harmoni antarbangsa.
Penalaran Kritis: Dimensi penalaran kritis mengacu pada individu yang memiliki rasa ingin tahu, mampu berpikir logis dan analitis, serta mampu menganalisis dan menyelesaikan permasalahan, berargumentasi logis, dan memanfaatkan literasi dan numerasi untuk memecahkan masalah.
Kreativitas: Dimensi kreativitas mengacu pada individu yang mampu berperilaku produktif, menciptakan inovasi, dan merumuskan solusi bagi permasalahan di sekitarnya.
Kolaborasi: Dimensi kolaborasi mengacu pada individu yang membiasakan diri untuk peduli dan berbagi, serta membangun kerja sama dengan berbagai kalangan di lingkungan sekitar.
Kemandirian: Dimensi kemandirian mengacu pada individu yang mampu bertanggung jawab, berinisiatif, dan beradaptasi dalam pembelajaran dan pengembangan diri.
Kesehatan: Dimensi kesehatan mengacu pada individu yang menjalankan pola hidup bersih dan sehat berdasarkan pemahaman tentang kebugaran, kesehatan fisik dan mental, dan berkontribusi secara positif terhadap lingkungannya.
Komunikasi: Dimensi komunikasi mengacu pada individu yang memiliki kemampuan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis dengan baik dan benar, sesuai etika dalam beragam konteks dan moda.
Karakteristik Kokurikuler
Karakteristik kegiatan kokurikuler bersifat fleksibel dan kontekstual, serta dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan dan kekhasan satuan pendidikan. Namun demikian, kegiatan kokurikuler tidak dirancang secara acak atau sekadar tambahan kegiatan. Kegiatan harus berangkat dari identifikasi dimensi profil lulusan yang ingin dikuatkan atau diperdalam. Dengan menentukan terlebih dahulu aspek dimensi profil lulusan yang menjadi fokus, satuan pendidikan dapat merancang kegiatan kokurikuler yang relevan dan berdampak.
Sebuah kegiatan dapat dikembangkan sebagai bagian dari kokurikuler jika bertujuan untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan, menunjang kegiatan intrakurikuler baik secara langsung maupun tidak langsung, serta memberi pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual bagi murid. Dalam konteks ini, kokurikuler dapat dilaksanakan dalam tiga cara, yaitu: 1) pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu; 2) Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH); dan/atau 3) cara lainnya. Cara lainnya mengacu pada kurikulum satuan pendidikan dan/atau kebijakan pemerintah. Satuan pendidikan dapat memilih cara pelaksanaan kokurikuler disesuaikan dengan analisis potensi dan kebutuhan. Kriteria kegiatan kokurikuler adalah:
- Memiliki tujuan untuk memperkuat satu atau lebih dari delapan dimensi profil lulusan.
- Mengembangkan tema sebagai muatan pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid.
- Mengelola alokasi waktu secara fleksibel mengacu pada struktur kurikulum yang berlaku.
- Mengembangkan rangkaian kegiatan secara terencana (memuat tujuan, langkah- langkah pelaksanaan, dan asesmen).
Satuan pendidikan dapat memanfaatkan atau mengadaptasi kegiatan yang selama ini sudah berjalan, dan/atau merencanakan kegiatan kokurikuler yang baru untuk mencapai delapan dimensi profil lulusan. Oleh karenanya, kegiatan kokurikuler seyogyanya didasarkan pada hasil refleksi dan memaksimalkan praktik baik kokurikuler yang sudah berjalan. Misalnya, kegiatan kerja bakti satuan pendidikan dapat dikaitkan dengan nilai kolaborasi yang merupakan salah satu dari delapan dimensi profil lulusan melalui kebiasaan bermasyarakat (dalam 7 KAIH). Kuncinya adalah bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut dirancang secara sadar, terencana, melibatkan murid secara aktif, dan terhubung dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Dengan demikian, kokurikuler menjadi ruang yang hidup, bermakna, dan menyatu dalam keseharian satuan pendidikan bukan sekadar agenda tambahan, melainkan bagian dari upaya bersama untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan.
Kerangka Pembelajaran Kokurikuler
Upaya menjadikan kokurikuler sebagai ruang belajar yang benar-benar bermakna dan berdampak bagi murid, perancangannya perlu mengacu pada kerangka kerja pembelajaran mendalam. Dalam konteks ini, kerangka pembelajaran kokurikuler disusun dengan memperhatikan empat komponen penting yang saling terhubung: praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, kemitraan pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.
1. Praktik Pedagogis
Pendidik berperan sebagai aktivator, kolaborator, dan pengembang budaya belajar, yang mendampingi proses berpikir, merasakan, dan bertindak murid secara reflektif, serta melibatkan murid mengembangkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Praktik pedagogis dalam kokurikuler mengutamakan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu melalui pembelajaran aktif seperti model pembelajaran berbasis penyelidikan (inquiry), pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran berbasis masalah, dan ruang eksplorasi yang memungkinkan murid mengonstruksi pengetahuan dan membangun makna secara mandiri maupun kolaboratif.
2. Lingkungan Pembelajaran
Kegiatan kokurikuler mendorong pemaknaan ruang belajar yang lebih luas, tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar ruang formal: area-area di dalam dan sekitar satuan pendidikan, komunitas lokal, bahkan ruang digital. Lingkungan pembelajaran yang mendukung adalah lingkungan yang aman, terbuka, inklusif, dan menghargai keberagaman cara belajar murid. Hal ini memungkinkan murid mengalami pembelajaran secara utuh dan kontekstual.
3. Kemitraan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan kokurikuler melalui pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dan/atau cara lainnya agar efektif, berkesinambungan dan berdampak masif, maka diperlukan kemitraan dengan berbagai pihak. Kemitraan dalam hal ini bisa ditinjau dari catur pusat pendidikan yaitu satuan pendidikan, keluarga, masyarakat, dan media.
a. Peran Satuan Pendidikan
Kegiatan kokurikuler sendiri merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran yang dilakukan pada satuan pendidikan. Satuan pendidikan merupakan pengendali seluruh kegiatan pembelajaran, termasuk kokurikuler. Satuan pendidikan merancang kegiatan kokurikuler sesuai dengan potensi lokal, kebutuhan murid, kompetensi yang ingin dikembangkan, dan karakter yang ingin dikuatkan. Kegiatan kokurikuler di satuan pendidikan menguatkan sinergi dengan keluarga, masyarakat, dan media. dalam mendukung peningkatan kompetensi dan penguatan karakter.
b. Peran Keluarga dalam Kokurikuler
Peran keluarga sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang murid, antara lain karena keluarga sebagai tempat pertama anak-anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kasih sayang, disiplin, dan tanggung jawab. Keluarga juga memiliki andil besar dalam membimbing anak-anaknya untuk menjadi individu yang berbudi pekerti luhur melalui upaya menciptakan suasana yang penuh perhatian dan kasih sayang. Keluarga harus memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan anak-anak untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan pendidikan mereka.
c. Peran Masyarakat dalam Kokurikuler
Masyarakat merupakan mitra penting bagi satuan pendidikan untuk melaksanakan kokurikuler. Masyarakat merupakan lingkungan sosial di luar satuan pendidikan dan keluarga yang dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran yang kaya dan beragam, dalam rangka meningkatkan kompetensi serta penguatan karakter. Selain itu, kegiatan bersama masyarakat menjadi wadah bagi murid untuk mengasah kemampuan dan pengetahuan mereka dalam konteks yang lebih luas.
Pendidikan tidak hanya terjadi di institusi formal seperti satuan pendidikan, tetapi juga melalui interaksi sehari-hari, tradisi, dan aktivitas sosial. Masyarakat merupakan sumber pengetahuan praktis seperti kearifan lokal, keterampilan hidup, dan nilai-nilai moral yang membantu membentuk karakter individu, seperti gotong royong, toleransi, dan disiplin. Dengan menjadikan masyarakat sebagai mitra pendidikan, proses belajar menjadi lebih relevan dan kontekstual. Masyarakat juga dilibatkan langsung untuk berperan aktif untuk menciptakan ekosistem yang kondusif.
d. Peran Media dalam Kokurikuler
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet telah menjadi bagian dalam keseharian. Ada berbagai alasan pentingnya menempatkan media sebagai bagian dari Catur Pusat Pendidikan. Media telah memberikan akses luas dan fleksibel terhadap informasi, sehingga produksi dan penyebarluasan materi atau konten yang berhubungan dengan kegiatan kokurikuler bisa dilakukan melalui media konvensional dan media sosial.
Download juga:
Capaian Pembelajaran Edisi Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Kelas 1
Modul Ajar Deep Learning Kelas 2
Modul Ajar Deep Learning Kelas 3
Modul Ajar Deep Learning Kelas 4
Pedoman Pengembangan KSP Edisi Revisi 2025
Dokumen lengkap Pelaporan MPLS TA 2025-2026
Media berpotensi menjadi sarana pembelajaran yang efektif, tidak terbatas waktu dan tempat. Pemanfaatan media dalam pembelajaran harus diarahkan untuk mendukung peningkatan kompetensi dan penguatan karakter.
Dokumen lengkap download DISINI
Demikian ulasan singkat materi Panduan Pembelajaran Kokurikuler 2025 semoga bermanfaat.
Post a Comment for "Panduan Pembelajaran Kokurikuler 2025"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan sopan, sesuai dengan materi, serta gunakan bahasa yang sopan